Sebuah cerita dari saya pagi ini …
Alkisah, satu peleton tentara elit yang sangat tangguh dan berdedikasi tinggi mendapat perintah dari sang Jendral yang berada di markas besar.
Perintah Jendral kepada danton : ” Letnan Barjo, hari ini kalian saya perintahkan untuk membabat kebon di bukit sebelah sana. Pekerjaan ini harus diselesaikan pada hari ini juga. Segera laksanakan, dan kalau sudah selesai hubungi saya pake radio!” . Letnan Barjo ” Siap Jendral, segera laksanakan!!”.
Dengan bersemangat Letnan Barjo memerintahkan anggotanya untuk berbaris rapi menuju bukit yang dimaksud. Dengan bergegap gempita satu peleton tersebut menuju ke kebon dengan membawa peralatan lengkap dan ditambah bekal masing2 satu bungkus timbel komplit ( hehehe..).
Setelah sampai di kebon yang dimaksud, LEtnan Barjo segera menyiapkan para danru untuk membagi daerah kerja. Katanya sambil teriak : ” Regu 1, kalian memangkas di sisi utara, disekitar selokan! Regu 2 dan 3 sisi selatan, siap2untuk motong pohon2 besar !!, dan regu tiga di sisi barat dan timur, perhatikan jangan sampai membabat kebon tetangga!!”. Para danru segera menjawab : “SIaap komandan!!”
Segeralah pada hari itu seluruh anggota peleton tentara elit tersebut membabat kebon rumput itu. Walaupun berpeluh dan berpanas-panas, mereka bekerja dengan semangat tanpa berhenti. Tak jarang ada yang kena gores semak berduri dan badan memar terkena batu atau kejatuhan batang kayu yang mereka potong, tetapi mereka tetap berdedikasi. Mereka beristirahat hanya satu jam untuk melahap bekal timbel masing2 dan ada beberapa yang beruntung tadi pagi ditambahin bekal lauk oleh istri2 mereka.
Hmmm..nikmat sekali mereka menyantap makan siang dengan memandang separuh hasil kerja mereka pada hari itu. Dibenak mereka adalah pujian dari Pak Jendral di mabes atas hasil kerja mereka.
Setelah jam istirahat mereka kembali bekerja dan singkat kata menjelang sore, pekerjaan sudah selesai. Kebon sudah rapi terpangkas, selokan telah bersih, pohon-pohon besar telah ditebang dan dirapihkan dan menutup korve itu, sampah-sampah dibakar ( heehe, ide mbakar sampah ini saya dengar dari tetangga yang jadi tentara, tanda korve berakhir adalah bakar-bakaran sampah ).
Dengan bangga, LEtnan Barjo menyampaikan kabar berita itu ke Pak Jendral melalui radio:” Lapor Jendral, kami sudah membabat kebon yang dimaksud. Mohon Jendral bisa melihat melalui teropong. Laporan Selesai!!”. Sang Jendral segera melihat kebon yang dimaksud melalui. Tak dinyana sang Jendral meradang di radio : ” Hei Komandan goblog, kamu pangkas kebon yang salahh!!!”
Sang komandan terperanjat mendengar teriakan diseberang radio sana. Segera dia naik ke sebatang pohon yang belum dipotong dan terperanjatlah dia jua.. Sambil berteriak : Wooi, kita memangkas kebon yang salahh……”
Moral dari cerita pagi ini adalah : ….
Sangat sering dijumpai bahwa top management sebuah perusahaan tidak punya direction apapun tentang rencana ke depan sebuah perusahaan. Visi dan misi mengambang serta tidak jelas. Rencana jangka panjang dan jangka menengah terlupakan. Target dibikin mengambang, definisi tidak adekuat. Mereka berkutat di rencana jangka pendek yang seharusnya lebih menjadi porsi para jr manajer dan supervisor.
Top Manajemen terlalu sibuk untuk urusan operasional yang sederhana sehingga mereka melupakan analisis Porter, meneliti scorecard perusahaan, SWOT,reengineering dan sebagainya. Tidak ada yang berbeda antara seorang yang duduk di top manajemen dan bawahannya. Semuanya berada dalam blackbox yang sama.
KArena tidak ada grand stategy, maka para manajer juga susah untuk mendeploy rencana operasionalnya. ( Wah pake istilah mendeploy biar ketahuan pernah pake BSC hehehe…) sehingga yang terjadi adalah rutinitas belaka yang tak tentu kapan akan berakhirnya. Kondisi itu akan sangat berbahaya bagi perusahaan ( dan bagi pekerja tentunya..) karena tidak akan siap menghadapi kondisi perubahan yang ada. JAdi bisa terjebak dalam Don Quisote Syndrom dimana perusahaan akan tercengang2 dengan perubahan yang terjadi diluar sana.
Ini sangat-sangat berbahaya kalau dibiarkan. Dan saya pernah mengalami kondisi seperti tadi. Bahkan yang pernah saya alami adalah top manajemen TIDAK PUNYA RENCANA APAPUN kedepan. what will we do in five next year? four next year? bahkan one year ahead, what we will be?? tidak pernah ada jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan seperti ini. Dalam keadaan seperti ini kami sebagai manajer tentu harus menjalankan roda pemerintahaan ( dan tugas ) departemen masing2 yang kadang-kadang diakhir sesi sebuah projek Boss menanyakan ” Hoi, Pak Adam, kenapa jadi begini ?? …seharusnya begitu..bla bla bla..”.. Kadang saya tersenyum kecut mendengar bos menyampaihan hal itu. Dalam batin saya adalah :”kenapa boss baru ngomong sekarang? dulu ketika awal project hal itu sudah saya konfirmasikan, dan karena urgent, saya insist boss untuk ambil putusan, tapi masih ngambang, dll….”
Kesimpulannya adalah kami para manager membuat tujuan sendiri-sendiri yang dilakukan secara sendiri-sendiri pula ( yang kadang2 kami kumpul dengan sesama manager untuk mendiskusikan rencana-rencana kami ) dan mengajukan budget seminim mungkin. Sementara sang boss, entah ada dimana pikiran beliau… Karena tidak adanya grand stategy, kadang project yang kami inisiatifkan meleset dari keinginan boss. Nah kalau keadaan itu sampai terjadi, siap-siaplah menanggung cemberutan dan semprotan dari si boss..hehehehe…
Kembali ke moral cerita tadi adalah Perlu adanya Tujuan utama atau common goal yang harus diset oleh perusahaan. Biasanya semua perusahaan mempunyai visi. Menurut buku tiori, Visi adalah The owners dream. Apa yang dimimpikan oleh owner itulah yang akan diolah menjadi visi. Indah sekali bila owner dan karyawan saling berbagi visi dan mendiskusikan sehingga terjadi visi yang juga diyakini oleh karyawannya.
Setelah visi, barulah para sr manager berembug membuat misi. Kemudian ditentukan juga faktor kunci sukses ( basa inggrisnya KSF ) bagi keberhasilan perusahaan tersebutMisi adalah bagaimana cara mencapai visi itu tadi. Disini diciptakan strategi besar untuk mencapainya.Juga ditentukan target kerjanya. orang bilang KPI corporate . Untuk menjaga agar strategi bisa tercapai, maka dibikinlah parameter2 ukuran agar hasilnya bisa dikategorikan memble, sedikit ok, biasa aja, ato goood….. Perusahaan yang maju biasanya memakai banlanced score card untuk mengukurnya.
Setelah mendapatkan visi, penentuan KSF, trus sampai grand stategy, mulailah para manager mendeploynya menjadi rencana action/operasional yang akan dilakukan oleh supervisor2nya. Dan mulailah pekerjaan itu dijalankan menuju arah yang diharapkan.
KEliahatanyya teori ini manis sekali dibacanya, tetapi dari pengalaman saya menggawangi HR Score card, untuk mencapai taerget di sebagian bubble saja susahnya kadang minta ampun, sehingga di tengah tahun kami minta kePDCA manager untuk merevisi target di bubble kami ( hehehehe… ampun2an deh prosesnya ). tapi yang terjadi adalah kami musti impruv di semester 2nya biar scorecard di tahun itu tidak kedodoran. Anyway, walaupun terbata2 menggawangi HR scorecard setidaknya kami tidak membabat kebon yang salah……..
Sedemikian pentingnya Visi dan Misi sebuah perusahaan agar perusahaan-perusahaan Indonesia dapat meningkatkan daya saing dibelantara bisnis dunia. tidak ada salahnya para owner dan top management untuk menghire konsultan yang top-top itu agar dapat sedikit membuka mata hati. Biar kami para manager yang bekerja dan tidak membabat kebon yang salah.
Rancaekek, rabu pagi, April 2010
Read Full Post »