Feeds:
Pos
Komentar

Archive for April, 2010

Muqollibal qulub

Maha membolak-balikkan hati… ( muqollibal qulub )

Mood memang sangat mudah berubah…  Secara ukhrawi, suasana hati diubah oleh Gusti Allah..  makanya ada doa ”  Ya muqallibal qulub, tsabbit qolbi ‘ala dinika Ya Allah.. Yang Maha membolak-balikkan hati, tetapkanlah hati ini agar selalu berada dalam agamamu yaa Allah..

Secara duniawi, mood mudah sekali berubah.. dalam hitungan detik, begitu kita mendengar ada sesuatu yang ” merisaukan atau merusak tatanan keteraturan hidup”  akan membuat mood segera berubah. Entah itu menjadi marah, sedih, cemas atau yang lain-lainnya.

Ketika pagi hari kita bersiap untuk ke kantor dengan bersemangat, disertai dengan doa Bismillaahirrahmaan nirrahiim, tersenyumlah kita pagi hari itu. Setelah sampai kantor, melihat anak buah tidak bersemangat kerja, mulai deh keluar tanduknya untuk menggebah agar anak buah segera kerja dengan benar.  Tak lama kemudian, ada berita dari rekanan aparat bahwa warga desa bergejolak karena ada ketidakpuasan akibat hasil seleksi perusahaan.  Mulailah deh keluar marahnya.. sampai staf yang gak tau apa2 jadi takut untuk mendekat..hehehe… tapi ketika sore hari, begitu pulang kantor, dijalan ketemu dengan teman lama yang sekarang sudah makaryo jadi anggota DPRD ( dulunya adalah pimpinan serikat pekerja yang radikal ) dan sekedar bersay hello dengan hangat, maka hati menjadi nyaman lagi….
Untuk menjaga agar mood tetap ‘tune in” inilah yang harus diusahakan. Semangkin tua kita harus semangkin bijak untuk menjaga hati agar hari ini tidak rusak hanya karena emosi… Tanpa lupa selalu berdoa :

Ya muqallibal qulub, tsabbit qolbi ‘ala dinika Ya Allah..

Setelah Jumatan, Rancaekek. 2010

Read Full Post »

Inilah berdiri sama tinggi, duduk tidak sama rendah..

Read Full Post »

Tulisan saya ini mungkin terlalu berkesan main-main, tapi saya pikir cukup adequat untuk dipikirkan dan diterapkan..

Masih ingat film Gladiator yang dibintangi Russel Crowe tempo hari? ada satu scene yang sering terlewatkan untuk dilihat karena memang berdurasi cuman beberapa detik.  Dalam setiap pertunjukan gladiator di colloseum, pasti sebelum pertandingan, ada beberapa kereta yang melempar-lemparkan roti kepada semua penonton. Dan penonton begitu bersuka cita menerima lemparan roti. Sambil atau setelah makan roti, mereka akan berteriak-teriak kegirangan nonton real deadly man fighting. Ironis bukan, tapi c’est la vie… ( begitulah hidup ini )..

Menjadi tidak aneh kalau Roma mencapai kejayaan. Belum pernah dengar khan, rakyat Roma demonstrasi, membuat kerusuhan, jarah-jarahan, dan sebagainya? Selain legiun perang Roma yang menakutkan ( baik bagi musuh maupun rakyatnya), Julius Caesar juga cukup pandai mengambil hati rakyatnya. Kata kuncinya adalah Caesar menyediakan makanan dan hiburan pada rakyat-rakyatnya. Jadi, walaupun senat menghantamnya di forum, Caeasar dapat dukungan kuat dari grass root Roma.

Menilik cerita tadi, maka tidak heran kalau saya menyambungkannya dengan teori yang berkembang di tahun 1934 oleh Abraham Maslow. Yup, hierarchy theory of needs.

Caesar telah berhasil memenuhi basics needs dari rakyat Roma yaitu makanan, sandang papan dan perumahan. Naik tingkat lagi, Caesar sudah memenuhi safety needs, dimana telah diciptakan legiun perang Roma yang tak terkalahkan. Lalu ada harga diri yang tinggi dari rakyat roma bahwa mereka adalah WARGA ROMA!!!!…

Sesuai dengan judul tulisan saya “simplify HR management”, maka saya berpendapat seperti ini :

Trend yang sedang ramai di dunia persilatan HRD Indonesia adalah HR sebagai business partner CEO. Konsep ini sudah saya dengar dari tahun 2003 awal. Pemikirannya adalah bagaimana menderek HR yang selama ini menjadi konco wingking ( supporting function ) menjadi teman tidur ( business partner CEO ).

Untuk perusahaan-perusahaan maju dan berkelas seperti yang banyak bertebaran di Jakarta, maka konsep diatas menjadi sangat-sangat mungkin dilakukan dan bahkan kalau HR managernya tidak bisa melakukan akan sangat kebangetan. Mangkanya saat ini ada teknik-teknik development, performance management, HR measurement yang canggih-canggih demi mendukung menjadi business partner. Memang indah dan menyenangkan apabila kita bisa bergabung dengan kompany yang dapat mewujudkan transformasi dari konco wingking menjadi teman tidur tadi.

Sementara untuk perusahaan-perusahaan yang berada di ring dua ( hehehehe.. ) HR menjadi business partner telah mengejawantah sepenuhnya. Jadi mulai dari urusan bisnis sampai urusan pribadi boss seringnya dishare ke HR Managernya. Ya.. karena memang selain masih private company,  karyawan yang tidak terlalu banyak maka peran HR manager jadi bener2 teman tidur si boss. Terlalu tinggi kalau disebut HR. Biasanya jabatannya Kepala Personalia. Dia bisa tiba-tiba ngurusin ulang tahun anak si boss, mengkoordinasi pembayaran SPP anak si boss, dsb…

Tetapi bila berbicara masalah pengembangan HR yang right on track, segala sesuatunya menjadi barang mahal dan susah untuk dicapai. Sering saya tuliskan sebelumnya bahwa kami dipinggiran ini serba kekurangan. Ya kekurangan komitmen, kekurangan sumber daya dan sumber dana, kekurangan tenaga kerja / staf yang mumpuni, kurang yakinnya management bahwa manusia adalah aset yang perlu dijaga, dan segala macam kekurangan lain. Maka orang HR cenderung bekerja seperti Julius Caesar tadi. Dan thats makes me smarter and trickier hehehehe…

HRDers berjibaku untuk menyediakan upah dan benefit yang membuat para karyawan merasa bahagia dan si boss tidak marah-marah. Begrooteng makan siang karyawan diatur sedemikian rupa sehingga dengan begrooteng seminimnya hasil seenak-enaknya. Training didevelop dan dilakukan sendiri. Performance aprraisal dilakukan dan dibuat sendiri.. semuanya untuk menghindari excess cost sehingga ketika mengajukan kenaikan upah, si boss bisa agak senyum.  Sementara kalau ulang tahun perusahaan dibuatkan panggung gembira dengan artis dangdut dari radio lokal lengkap dengan pemain organnya. Hehehe .. persis kaya Julius Caesar…

Jangan lupa, ketika pertemuan bulanan dengan serikat kerja, selaluu diomong2kan tentang persaingan diluar sana, cerita bagaimana di perusahaan yang lampau atau perusahaan tetangga harus tutup karena keabisan modal, bercerita kalau kita ini masih bersurvive dalam situasi sekarang, dan banyak sekali. Closingnya adalah kesimpulan bahwa perusahaan masih kuat asal karyawan jangan aneh-aneh dan bekerja keras selalu..

Hehehe.. Sang Julius CAesar yang merangkap HR manager, hendaknya memperhatikan kondisi karyawannya: baik kesejahteraan, kesehatan, baju seragam, makan siangnya, airmukanya dan segala yang berkaitan dengan kebutuhan fisiknya. . Gaji cukup, cuti cukup maka karyawan akan merasa cukup untuk tidak perlu bergabung dengan kelompok2 kontraproduktif yang banyak bertebaran. Jangan terlalu jauh-jauh ngomong talent management kalau kalian belum mampu mensupport kebutuhan paling dasar ini.

Terus adakan hiburan… well, ini dalam bahasa psikologi adalah katup pelepas emosi. Kerja selama 365 hari sangat sepadan dengan mengajak mereka piknik bersama keluarga. Tidak perlu jauh-jauh, yang sederhana dan dekat saja tapi diisi dengan materi2 outbond trening singkat yang melibatkan anggota keluarga mereka. Mmmm.. indahnya, dan anda akan dikenang sebagai Julius Caesar yang berkesan dimata rakyat anda.

Ketika semua sudah terwujud dan perusahaan sudah melewati masa survive, bolehlah kita masuk ke tahap selanjutnya yaitu development karyawan.. Bisa dengan trening yang agak mahalan dikit, tapi tetap sajikan ROTI ( return of training investnebt ) kepada si boss biar beliau juga merasa bahwa duit yang udah dikeluarin ada timbal baliknya.

Setelah melewati itu semua, ada baiknya bila competency based dikembangkan.. ini akan jadi framework yang sangat mumpuni untuk menggawangi kebutuhan SDM di perusahaan. Berikutnya untuk mendukung perjalanan perusahaan, maka talent management mulai digaungkan.. and the last is,, retirement program…

Fiuhhh kalau sudah semua ini dapat dilalui maka anda akan menjadi HR manager yang akan didoakan banyak orang agar khusnul khatimah ( insyaallah )..amiin…

Rancaekek, akan makan siang,  April 2002

Read Full Post »

Mendengar kata periskop, asosiasi yang terbentuk di imaji kita adalah kapal selam..

Yes, anda 100 persen benar. Periskop adalah direct vision apparatus bagi sebuah U-boat/untersee boot ( sebutan Kriegsmarine ( ALnya wermacht )  atas submarine ) yang bertugas memberikan gambaran real situasi di permukaan laut.

Kapal selam dan periskopnya ( tentu dengan torpedo ) merupakan senjata yang ampuh dalam melumat kapal perang sekutu. Di akhir perang dunia kedua, skuadron U-boat jerman telah menenggelamkan 2900 kapal perang sekutu dari berbagai kelas dan juga sekitar 14.000 ton muatan sekutu ( mulai dari c rations sampai tank ) ke dasar laut atlantik. Untuk itu semua, Hitler mengorbankankan 800 kapal selam dan 39.000 awaknya menjadi martir atas keberhasilan diatas. Itu adalah salahsatu pengorbanan jiwa terbesar dalam sejarah perang modern. Dapat anda bayangkan kalau tidak ada periskopnya tentu kapalselam tidak terlalu diperhitungkan dalam Battle of the atlantic. Wah, kalo sudah membahas wermacht maka saya kagak bakalan brenti nih..

Alat komunikasi lain adalah sonar dan morse. Ketika situasi sedang aman atau tenang, sonar akan cukup memberikan gamabran mengenai keadaan sekitar. Biasanya ketika kapal selam di kedalaman, sonar dan morse akan mengambil peran penting. Sonar yang bekerja dengan sistem pantulan gelombang akan memberikan image menngenai objek disekitar kapal selam. Biasanya objek ini akan digambarkan di monitor sebagai kumpulan titik-titik ( dots ) yang mewakili objek sesungguhnya. Untuk tahu tentang identitas objek biasanya dikirimkan sinyal morse. Bila ternyata musuh ya peranglah mereka, dan bila kawan maka akan tuker2an kado.. lho?

Kapal selam tanpa periskop ibarat mobil tanpa kaca depan. Anda bisa membayangkan betapa payahnya kita menyetir mobil dengan kaca depan dicat warna hitam. Walaupun mobil dilengkapi GPS dan sebangsanya, tapi pasti dijamin dalam hitungan menit dia akan nabrak pot bunga..:).

Saya akan melakukan metafora antara sebuah kapal selam dengan perusahaan.

Perusahaan bagaikan kapal selam, dimana ada nahkoda yang berupa owner, direksi dan top manajemen lain. Kemudian ada kelasinya yaitu  para karyawan serta ada asset, mesin, bahan baku, dll yang dapat diartikan sebagai torpedo atau anti torpedo ( ada juga lho kapal selam dengan kanon yang dapat dinaik turunkan ). Nah semua bagian/orang itu akan saling bahu membahu menjalankan kapal selam, baik ketika situasi sedang tenang maupun situasinya sedang perang.

Nahkoda dan kelasi akan memandang berkeliling dengan memakai sonar. Lha konsultan saya analogikan sebagai periskop yang akan memberikan gambaran di atas permukaan laut persaingan. Untuk melihat permukaan lautan secara jelas butuh periskop yang bagus dan tepat. Begitu pula sang konsultan, untuk dapat memberikan broaden vision yang lebar kepada management, mustilah sang konsultan punya pengalaman menangani permasalahan real di industri.

Beberapa waktu lalu saya berbincang dengan kenalan baru saya yang bernama ibu Sari. Beliau adalah managing partner dari sebuah konsultan HRD yang berkantor di Tebet. Dari kantornya yang cantik dan mungil, kami ngobrol masalah pengembangan SDM di daerah saya yang berada di pelosok Mbandung. 

Dari penampilannya yang profesional dan didukung penataan ruangan kerja yang minimalis, pembicaraan kami mengalir begitu hangat dan saya membawa kesan bahwa beliau ini adalah sejenis periskop yang saya ceritakan diatas. Pemahaman beliau mengenai kondisi real pengembangan SDM di daerah pinggiran membawa saya cukup nyaman untuk menceritakan bagaimana kami harus menghadapi calo-calo naker, kami harus memphk karyawan dengan pesangon seminimal mungkin, tentang owner yag tidak care pada pengembangan SDM , resources yang terbatas, dsb yang menjadikan kami para HRDers harus smart dan tricky untuk menghadapi masalah diatas.

Bahkan ketika pembicaraan kami pindah ke talent management, saya ceritakan bahwa kami disini hanya mengenal talent management sebagai cerita di awang-awang belaka.  Secara simple, menurut saya talent management adalah bentuk canggih dari career planning yang merupakan barang sangat berharga di perusahaan lokal seperti di daerah kami. Bahkan ketika beliua nanya tentang CBHRM, dengan senym malu2 saya menjawab : ” hehehehe… bossnya kagak mau bu, alih2 ngomong CBHRM, lha ngurus cashflow dan distibusi saja masih sempoyongan… ” meyakinkan boss susaaah banget.  Banyak sekali konsep talent management dalam pikiran saya, tetapi belum ada sarana untuk implementasi. Akhirnya dengan senyum manis, Bu Sari bicara : “Pak, saya punya tools yang mudah untuk implementasi talent management.” naah lho, indahnyaa…..”

Kelihatannya memang sudah sepatutnya semua menngunakan jasa konsultan untuk memberikan pandangan yang bagus bagi perusahaan. Tidaklah berlebihan kalau sebuah perusahaan yang mau maju menggunakan konsultan keuangan, konsultan HRD, konsultan marketing yang dapat berdialog dengan top manahemen mengenai apa saja yang nun jauh disana. Bahkan di perusahaan terdahulu, kami menggunakan konsultan di banyak hal. Bukan berarti underestimated ke para managernya, tapi keberadaaan konsultan sangat membantu perusahaan untuk striving the storm didunia bisnis.

Dan bagi saya apapun hasil kerja dari konsultan haruslah :

. Yang applicable dan bisa diterapkan. saya pernah belajar dari sebuah konsultan yang terkenal  dengan pendekatan melalui proses, tetapi inipun susah ketika penerapannya.

2. Theoritical based. Ini penting juga agar kita2 yang karatan di jalur praktisi kembali lagi ke rel yang benar..:)

3. Mudah untuk ditransfer ke orang lain. Nha ini kayaknya perlu pembelajaran dari saya agar kalo ngajarin orang bisa lebih nyaman.

Naah cukup indah kalau semua komponen tadi melekat di kapal selam. Nahkoda dengan sigapnya memanuverkan kapal kemana- mana, semetara para kelasi dengan bersemangat mennjalankan kapal agar tidak tersendat-sendat, sementara persenjataan cukup dan mumpuni serta periskop dengan tegaknya memberikan pandangan kepada seluruh nahkoda dan awak tentang apa yang ada di depannya.

Rancaekek, setelah shalat dhuhur….

Read Full Post »

Saya pernah mendengar entah membaca entah somewhere dimana kalao Pak Hermawan pernah ngomong bahwa life cycle bisnis indonesia adalah sebagai berikut : Generasi pertama membangun, generasi kedua merusak, generasi ketiga menghabiskan.

Saya setengah percaya pada pendapat itu…….Setengah saja karena memang tidak semua perusahaan yang dikelola generasi kedua ngikutin life cycle itu. Saya juga yakin bahwa statemen pak Hermawan diatas juga ada konteksnya ketika dilontarkan.

Memang ada benarnya bahkan sebagian besar usaha yang berada di daerah pinggiran masih berkutat dengan life cycle diatas. Entah karena apa, sang Bapak tidak mempersiapkan anaknya meneruskan usahanya menjadi lebih baik. Engkoh Lie bingung apakah pabrik karungnya diserahkan ke si Johan atau ke Akuy. Cik Memei bingung apakah si Fang-fang lebih baik dari Chingfung dalam ngelola bisnis bakpaunya.

Tetapi kita masih bernafas lega ketika pak Sudhamek dengan grup Kacang Garuda bertambah besar bisnisnya. Kemudian Teh Sosro juga menyusul dengan diferensiasi produk yang menggigit, dan saya pikir masih cukup banyak perusahaan yang mampu meneruskan suksesi dengan ciamik sekaligus mampu memperbesar skala bisnis.

Suksesi menjadi penting disini. Talent management akan terlibat disini. Proses development mengambil peran yang banyak. Dan dimanakah kita ( HRDers ) berdiri pada waktu itu?

Jawabannya ada pada rumput yang bergoyang 🙂

Read Full Post »

Sebuah cerita dari saya pagi ini …

Alkisah, satu peleton tentara elit yang sangat tangguh dan berdedikasi tinggi mendapat perintah dari sang Jendral yang berada di markas besar.

Perintah Jendral kepada danton : ” Letnan Barjo, hari ini kalian saya perintahkan untuk membabat kebon di bukit sebelah sana. Pekerjaan ini harus diselesaikan pada hari ini juga. Segera laksanakan, dan kalau sudah selesai hubungi saya pake radio!” . Letnan Barjo ” Siap Jendral, segera laksanakan!!”.

Dengan bersemangat Letnan Barjo memerintahkan anggotanya untuk berbaris rapi menuju bukit yang dimaksud. Dengan bergegap gempita satu peleton tersebut menuju ke kebon dengan membawa peralatan lengkap dan ditambah bekal masing2 satu bungkus timbel komplit ( hehehe..). 

Setelah sampai di kebon yang dimaksud, LEtnan Barjo segera menyiapkan para danru untuk membagi daerah kerja. Katanya sambil teriak : ” Regu 1, kalian memangkas di sisi utara, disekitar selokan! Regu 2 dan 3 sisi selatan, siap2untuk motong pohon2 besar !!, dan regu tiga di sisi barat dan timur, perhatikan jangan sampai membabat kebon tetangga!!”. Para danru segera menjawab : “SIaap komandan!!”

Segeralah pada hari itu seluruh anggota peleton tentara elit tersebut membabat kebon rumput itu. Walaupun berpeluh dan berpanas-panas, mereka bekerja dengan semangat tanpa berhenti. Tak jarang ada yang kena gores semak berduri dan badan memar terkena batu atau kejatuhan batang kayu yang mereka potong, tetapi mereka tetap berdedikasi. Mereka beristirahat hanya satu jam untuk melahap bekal timbel masing2 dan ada beberapa yang beruntung tadi pagi ditambahin bekal lauk oleh istri2 mereka.

Hmmm..nikmat sekali mereka menyantap makan siang dengan memandang separuh hasil kerja mereka pada hari itu. Dibenak mereka adalah pujian dari Pak Jendral di mabes atas hasil kerja mereka.

Setelah jam istirahat mereka kembali bekerja dan singkat kata menjelang sore, pekerjaan sudah selesai. Kebon sudah rapi terpangkas, selokan telah bersih, pohon-pohon besar telah ditebang dan dirapihkan dan menutup korve itu, sampah-sampah dibakar ( heehe, ide mbakar sampah ini saya dengar dari tetangga yang jadi tentara, tanda korve berakhir adalah bakar-bakaran sampah ).

Dengan bangga, LEtnan Barjo menyampaikan kabar berita itu ke Pak Jendral melalui radio:” Lapor Jendral, kami sudah membabat kebon yang dimaksud. Mohon Jendral bisa melihat melalui teropong. Laporan Selesai!!”. Sang Jendral segera melihat kebon yang dimaksud melalui. Tak dinyana sang Jendral meradang di radio : ” Hei Komandan goblog, kamu pangkas kebon yang salahh!!!” 

Sang komandan terperanjat mendengar teriakan diseberang radio sana. Segera dia naik ke sebatang pohon yang belum dipotong dan terperanjatlah dia jua.. Sambil berteriak : Wooi, kita memangkas kebon yang salahh……”

Moral dari cerita pagi ini adalah : ….

Sangat sering dijumpai bahwa top management sebuah perusahaan tidak punya direction apapun tentang rencana ke depan sebuah perusahaan. Visi dan misi mengambang serta tidak jelas. Rencana jangka panjang dan jangka menengah terlupakan. Target dibikin mengambang, definisi tidak adekuat. Mereka berkutat di rencana jangka pendek yang seharusnya lebih menjadi porsi para jr manajer dan supervisor.  

Top Manajemen terlalu sibuk untuk urusan operasional yang sederhana sehingga mereka melupakan analisis Porter, meneliti scorecard perusahaan, SWOT,reengineering dan sebagainya. Tidak ada yang berbeda antara seorang yang duduk di top manajemen dan bawahannya. Semuanya berada dalam blackbox yang sama.

KArena tidak ada grand stategy, maka para manajer juga susah untuk mendeploy rencana operasionalnya. ( Wah pake istilah mendeploy biar ketahuan pernah pake BSC hehehe…) sehingga yang terjadi adalah rutinitas belaka yang tak tentu kapan akan berakhirnya. Kondisi itu akan sangat berbahaya bagi perusahaan ( dan bagi pekerja tentunya..) karena tidak akan siap menghadapi kondisi perubahan yang ada. JAdi bisa terjebak dalam Don Quisote Syndrom dimana perusahaan akan tercengang2 dengan perubahan yang terjadi diluar sana. 

Ini sangat-sangat berbahaya kalau dibiarkan. Dan saya pernah mengalami kondisi seperti tadi.  Bahkan yang pernah saya alami adalah top manajemen TIDAK PUNYA RENCANA APAPUN kedepan. what will we do in five next year? four next year? bahkan one year ahead, what we will be?? tidak pernah ada jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan seperti ini.   Dalam keadaan seperti ini kami sebagai manajer tentu harus menjalankan roda pemerintahaan ( dan tugas ) departemen masing2 yang kadang-kadang diakhir sesi sebuah projek Boss menanyakan ” Hoi, Pak Adam, kenapa jadi begini ?? …seharusnya begitu..bla bla bla..”.. Kadang saya tersenyum kecut mendengar bos menyampaihan hal itu. Dalam batin saya adalah :”kenapa boss baru ngomong sekarang? dulu ketika awal project hal itu sudah saya konfirmasikan, dan karena urgent, saya insist boss untuk ambil putusan, tapi masih ngambang, dll….”

Kesimpulannya adalah kami para manager membuat tujuan sendiri-sendiri yang dilakukan secara sendiri-sendiri pula ( yang kadang2 kami kumpul dengan sesama manager untuk mendiskusikan rencana-rencana kami ) dan mengajukan budget seminim mungkin. Sementara sang boss, entah ada dimana pikiran beliau…  Karena tidak adanya grand stategy, kadang project yang kami inisiatifkan meleset dari keinginan boss. Nah kalau keadaan itu sampai terjadi, siap-siaplah menanggung cemberutan dan semprotan dari si boss..hehehehe…  

Kembali ke moral cerita tadi adalah Perlu adanya Tujuan utama atau common goal yang harus diset oleh perusahaan. Biasanya semua perusahaan mempunyai visi. Menurut buku tiori, Visi adalah The owners dream. Apa yang dimimpikan oleh owner itulah yang akan diolah menjadi visi. Indah sekali bila owner dan karyawan saling berbagi visi dan mendiskusikan sehingga terjadi visi yang juga diyakini oleh karyawannya.

Setelah visi, barulah para sr manager berembug membuat misi. Kemudian ditentukan juga faktor kunci sukses ( basa inggrisnya KSF ) bagi keberhasilan perusahaan tersebutMisi adalah bagaimana cara mencapai visi itu tadi.  Disini diciptakan strategi besar untuk mencapainya.Juga ditentukan target kerjanya. orang bilang KPI corporate . Untuk menjaga agar strategi bisa tercapai, maka dibikinlah parameter2 ukuran agar hasilnya bisa dikategorikan memble, sedikit ok, biasa aja, ato goood….. Perusahaan yang maju biasanya memakai banlanced score card untuk mengukurnya.

Setelah mendapatkan visi, penentuan KSF, trus sampai grand stategy, mulailah para manager mendeploynya menjadi rencana action/operasional yang akan dilakukan oleh supervisor2nya. Dan mulailah pekerjaan itu dijalankan menuju arah yang diharapkan.

KEliahatanyya teori ini manis sekali dibacanya, tetapi dari pengalaman saya menggawangi HR Score card, untuk mencapai taerget di sebagian bubble saja susahnya kadang minta ampun, sehingga di tengah tahun kami minta kePDCA manager untuk merevisi target di bubble kami ( hehehehe… ampun2an deh prosesnya ). tapi yang terjadi adalah kami musti impruv di semester 2nya biar scorecard di tahun itu tidak kedodoran. Anyway, walaupun terbata2 menggawangi HR scorecard setidaknya kami tidak membabat kebon yang salah……..   

Sedemikian pentingnya Visi dan Misi sebuah perusahaan agar perusahaan-perusahaan Indonesia dapat meningkatkan daya saing dibelantara bisnis dunia. tidak ada salahnya para owner dan top management untuk menghire konsultan yang top-top itu agar dapat sedikit membuka mata hati. Biar kami para manager yang bekerja dan tidak membabat kebon yang salah.

Rancaekek, rabu pagi, April  2010

Read Full Post »

Ada perasaaan haru ketika saya antri untuk melaporkan SPT 2009 di Kantor Pratama Pajak untuk Cimahi.

Tanggal 30 Maret 2010 akhirnya saya menyerahkan isian SPT. Ini saya bela2in cuti walopun boss ngasihnya dengan setengah cemberut.:)).. sorry boss, saya warga negara yang baik..

Setelah menunggu setengah harian di Mall Cimahi ( yang katanya ada drob box pajak yang buka dari jam 12.00 – 17.00 tapi cuma 12-13.00 ) dan ditemani OR burger dan koka kola, saya memacu sepeda motor ke kantor pajak yang megah itu.

Sesampai disana, dengan bersemangat apalagi setelah melihat antrean agak sepi, dengan langkah pasti saya menuju lantai dua yang memang pada hari itu tidak begitu banyak orang yang antre.

Setelah mengisi amplop coklata dengan NPWP saya, maka saya mengambil tempat duduk yang agak belakang dan menyapukan pandangan keseluruh ruangan.

Dengan haru saya melihat wajah-wajah saudara saya rakyat CImahi, rakyat Indonesia yang dengan ikhlas (semoga) menyampaikan SPTnya. Menilik dari potongan dan cukurannya, saya yakin mereka tidak lebih kaya daripada saya. Ada yang berseragam pegawai pemkot, ada yang berseragam pabrik, ada yang bertampang anak kuliahan dan sebagainya yang tidak menampakkan bahwa mereka berasal dari top of thhe top rantai ekonomi Indonesia ( istilah baru ini ).

Sebagian dari mereka masih tampak sibuk menghitung nilai kekayaannya dengan menelpon sambil membawa kalkulator. Sebagian dari mereka terutama yang ibu-ibu, datang sambil membawa anaknya yang masih berseragam sekolah. Tampaknya baru pulang menjemput si kecil. Beberapa anak bertampang anak kuliahan (?) juga mengantre panggilan bukti setor SPT. Semua tampak bersatu padu untuk menjelma menjadi warga negara yang baik.

Saya sungguh terharu dengan pemandangan yang saya lihat. Dimana saya menjadi bagian dari rakyat kecil disebidang tanah bernama Indonesia ini. Beramai-ramai melaporkan kekayaannya dan berharap agar para pengurus tanah ini juga amanah dalam mengelola uang kami. Rupiah demi rupiah yang kami kumpulkan dengan bertetes-tetes keringat diharapkan dapat disumbangkan ke negara agar jalan menjadi bagus, pendidikan anak2 kami terjamin, listrik selalu menyala, dan hal-hal indah lainnya.

Sekejap saya merasa tertampar dengan teringat kasus Gayus Tambunan dan konco2nya. Dengan tidak ingat dosa, mereka sudah makan uang dari tetesan keringat kami, dari tetesan darah kami. 25 Milyar adalah jumlah yang tidak terhingga bagi kami.(  tabungan saya saja 1% dari 25 M belum nyampai ).

Kami secara tidak langsung sudah menggaji Presiden, Mentri-mentri, para direjen, sampai pak lurah. Sudah menjadi adagium bahwa sebagai penggaji, kami menjadi majikan. Seharusnya mereka dapat melayani kami dengan lebih baik. Tapi inilah tang terjadi di sebidang tanah yang bernama Indonesia. Segala hal absurd ada disini.

Kalau dulu ada kata2 Karl Marx yang sangat provokatif : Hai kaum buruh sedunia, bersatulah…….

Maka saya menyeru : Hai rakyat Indonesia, bersatulah dan berdoalah untuk semua pengurus negaramu agar amanah..

Read Full Post »